Hari ini giliran Ibadah keluarga di rumah, bertepatan dengan dimulainya Minggu Sengsara Kristus, dan bagi umat Katolik dimulai dengan kontemplasi "RABU ABU".
Ada yang istimewa karena perasaan was was selalu menghantui.....maklum daerah Bekasi adalah daerah yang rawan konflik berbasis agama. Namun kenyataannya kegiatan ini berlangsung dengan lancar tanpa gangguan.....
Hal istimewa lainnya adalah bahwa yang mempersiapkan semua hal tekhnis justru asisten domestikku yang nota bene adalah muslim. Bersama suami dan ibunya mereka membantu kami, juga seorang kenalan beragama muslim yang selama ini sudah seperti keluarga tinggal dirumah ikut mempersiapkan....seperti yang dilakukannya waktu Natal yang lalu.
Sebenarnya hal seperti ini biasa saja, tapi yang luar biasa adalah bahwa kesadaran akan perbedaan yang mulai menajam, saling curiga yang menguat, sehingga menimbulkan konflik akhir akhir ini membuat saya merasa inilah "KEMEWAHAN SPIRITUAL" yang mulai langka.Dalam pengantar sebelum Ibadah saya memberikan "remark" ini. Jemaat yang hadir juga bisa merasakan apa yang menjadi "lingkup ancaman" bagi kami di daerah Bekasi.
"Kalau izin rumah peribadahan sulit, lebih baik kalian membuat peraturan daerah yang jelas yakni melarang kami untuk tinggal di daerah ini"
suatu ungkapan yang mengejutkan beberapa aparat PEMKOT tentang dampak dari perlakuan ini.
Sebelum ibadah, kami bernostalgia tentang bagaimana pernah gereja kami, untuk mendapat izin renofasi gedung yang kecil tipe 34 menjadi gedung gereja yang layak menampung umat yanglebih dari 2000an orang, kian bertambah cepat jumlahnya, harus menempuh berbagai prosedur perizinan yang rumit mengalami penundaan/penghambatan hingga lebih dari 15 tahun baru mendapat izin. Namun kami tak bisa berlega hati ketika izin didapat.Gedung baru mulai dibongkar dan mulai proses renofasi, tiba tiba mengalami penyerangan sekelompok orang radikal yang menghacurkan berbagai infrastruktur peribadatan termasuk tempat tempat persembahan raib.Namun karena anugerah Tuhan akhirnya izin gedung didapat, sekaligus bisa dibangun yang baru.Hal ini tidak lepas dari kegigihan dan keterampilan lobby para presbiter yang mendapat tugas untuk urusan ini dan kreatifitas merubah aduan dari kekerasan berbasis agama menjadi aduan pidana biasa yang menempatkan penyerang sebagai penyamun. Namun pelarangan, penyerangan, penghambatan terus bergulir, tercatatat, GIB Anugerah Bekasi, GPIB Immanuel Bekasi,HKBP"Philadelfia",HKBP Ciketing, GPIB "Galilea", dan masih banyak lagi sebelumnya.......
Pengalaman malam ini seakan memberi "harapan" untuk menyelesaikan masalah ini melalui hubungan kemanusiaan yang lebih praktis dan tidak hanya elitis atau struktural. Hubungan hubungan itu seperti pertemanan antar ibu ibu melalui kelompok arisan......kelompok ibu ibu yang pagi pagi berkumpul sekitar tukang sayur.......kegiatan sosial bersama membersihkan kampung hingga aksi bersama untuk pelayanan kesehatan........
Perempuan sebagai "penggerak silaturhami kemanusiaan serta Perdamaian "
Dalam kegalauan ini sangat disadari bahwa meskipun segala penghambatn terjadi namun tidak dapat membendung aliran persahabatan kemanusiaan antar warga.......dan selalu Perempuan sebagai pelopor perdamaian. Saya merasa bahwa kehadiran "pekerja Rumah Tangga"ku dan ibunya adalah para pelopor silaturahmi kemanusiaan yang tercecer dari kalkulasi problem solving kita.......malam ini mereka memainkan peranan kunci.
Saya tiba tiba menyadari bahwa mereka selalu ditempatkan oleh kebanyakan orang pada posisi pinggiran karena mereka bukan orang "berada" atau selalu distigma 'kurang pendidikan"........saya sedikit terhibur bahwa paling tidak saya dalam keseharian menganggap mereka bukan bawahan tetapi mitra kehidupan....kami seperti sebuah keluarga "tanpa batas' perbedaan.
Dan.......lagu ini " Ku utus kau mengabdi tanpa pamrih, berkarya terus dengan hati teguh, meski dihina dan menanggung duka, kuutus kau mengabdi bagiKu"
yang dinyanyikan dalam ibadah sebagai lagu pengutusan, bagiku adalah sebuah lagu penghargaan bagi mereka.......dua perempuan yang selama hidup mereka sebagai pencuci pakaian .....kini akan selalu berada bersama saya....kita.....bukan saja sebagai "pencuci pakaian" tapi juga menjadi "agen silaturahmi kemanusiaan dan perdamaian"........
SELAMAT MEMASUKI KONTEMPLASI RABU ABU .......minggu minggu sengsara Yesus
________________________________________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar